Entri Populer

Minggu, 28 November 2010

CERPEN : Sahabatku

Matahari telah tenggelam di ufuk timur. Senja telah berganti kelam. Sang surya telah hilang dan dewi malam muncul dari balik panggungnya. Gelap telah menyelimutiku. Namun aku tetap tak beranjak dari tempat ini. Tempat yang sangat indah bagiku. Tempat yang mempunyai semua kisah dalam kehidupanku dulu. Tempat yang menjadi saksi bisu kehidupanku. Karena disinilah awal semuanya. Pertama kali aku merasa punya hidup. Pertama kali aku merasa bahwa hidup sangat berharga bagiku. Dan disinilah aku pertama kali mengenal-Mu. Di kota Pahlawan yang sangat aku banggakan. Kota yang sudah 3 tahun aku tinggalkan dan aku kenang.Dalam kegelapan malam dan pancaran sinar bulan, ku termenung dalam lamunan sepiku. Ku terhanyut dalam sukmaku. Malam seolah membuka kembali memoriku. Memori yang sudah lama terpendam dalam pikiran dan hatiku. @@@5 tahun lalu…Saat itu matahari telah kembali ke paraduannya. Sang malampun muncul dari biliknya. Kegelapan mulai menakuti kota pahlawan ini. Namun, warga kota pahlawan tak akan pernah takut akan kegelapan itu. Karena sebenarnya gelap dapat melindungi mereka dari kelelahan dan kehangatan. Aku merasakan kehangatan malam itu. Begitu hangat hingga aku gak bisa melukiskan indahnya malam itu. Hangatnya merasuk di dalam jiwa dan relung hatiku. Hari itu adalah hari ulang tahunku. Aku gak tau kalau sahabat dan orang terdekatku ternyata punya rencana besar untukku. Mereka telah merancang acara ulang tahunku tanpa sepengetahuanku. Semuanya begitu sempurna di mataku. Aku benar – benar terkejut atas semua ini. Aku sangat bangga dan salut pada mereka. Dan aku sayang banget ma mereka.“ Happy birthday Chezy. Moga – moga Tuhan memberkatimu, dan semua yang kamu ingin dapat terkabulkan dan juga semoga tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya..” Ucap cowok Indo-Swiss ini.Namanya Alexandro Tarakanito. Dia adalah sepupu terbaikku. Umurnya tak jauh beda denganku, tapi dia tak mau kuangap anak kecil. Dia ingin dianggap sebagai orang dewasa (meskipun semua orang tahu kalau aku sebenarnya dia itu masih kecil). Alex cukup terkenal di sekolahnya. Dia anak yang perfect di mata para cewek. Tapi dia gak mau pacaran dulu, karena dia ingin membaktikan diri pada Tuhan. Aku salut pada dia. Orang bilang dia adalah pastour masa depan. “Thank you. You’re the best deh! Thank’s banget yah! Aku gak tahu mesti ngomong apa lagi. Huf, gak bisa diungkapin deh, Lex.” Ucapku sambil cipika cipiki. “Chezy… happy birthday yah! Semoga Tuhan memberikan yang terbaik buat kamu.” Nah ini ucapan selamat dari my best friend. Cewek cantik dengan jilbab ini, satu – satunya sahabatku dari kecil. Namanya Asti Wulan Korining Sukanti. Dia tahu semuanya tentang aku. Dia juga yang paling bisa memahami aku. Meskipun kita beda kepercayaan, tapi itu gak buat kita menjauh. Aku juga sangat sayang ma dia.“Thank’s swity. Aku gak nyangka banget lho semua ini ulah kalian. Padahal tadi di sekolah sikap kamu biasa – biasa aja. Oh ya, mana Evan? Kok dia belum keliatan?” Tanyaku agak heran. Soalnya dari tadi aku belum lihat cowok keren itu. Dia juga sahabatku. Malahan aku lebih kenal lama dengan Si Evan ini.. Dari SD sampai SMA ini, kita satu sekolah terus dan secara dia juga tetanggaku. Jadinya hubungan keluarga kami otomatis sangat akrab. Sebenarnya sih bosan juga. Masa dimana tempat aku selalu ketemu dan bareng ma Evan? Dulu malah pernah temanku bilang kalau aku ma Evan ini sodara kembar yang beda keluarga. Tapi kalau di perhatikan dengan seksama emang benar sih. Soalnya wajah kita hampir mirip sih. Aku sayang banget ma dia. Sebenarnya aku udah lama aku naksir dia, tapi aku gak berani buat nembak dia duluan (kan jadi cewek harus jaim donk! Tul gak?). Lagipula, aku gak mau merusak persahabatan kita yang udah lama kita jalin ini. Cukup sebatas sahabat saja, jangan lebih. Dan juga kami beda kepercayaan. Evan menganut agama islam, sedangkan aku katolik. Aku rasa Evan lebih cocok ma Asti daripada ma aku. “Aduh sorry banget Chez, aku telat ya? Habisnya, aku baru aja datang dari rumah Fifi. Biasalah pelajarannya Bu Meri. Suruh buat presentasi. Tapi enak juga lho diajar ,ma Bu Meri. Ha..ha..ha..”“Oh iya. Ehm… Happy birthday Lofayri Cheznayria. Semoga di tahun ini lebih baik dari tahun kemarin… amien…” katanya kemudian. Aku hanya tersenyum manis dan mengangguk seraya menerima kado darinya. “Ye, telat loe Van! Tadi gue udah ngucapin kata – kata itu. Ganti donk! Dasar kere-atif!” celetuk Alex sambil merangkul pundak Evan. “Emang gue pikirin? Yang pentingkan doanya? Tul gak?” Ya…ya. Makasih deh buat doa kalian. Aku emang bener – bener sayang ma kalian semua. Oh ya, aku lupa belum kenalin diri aku. Namaku Lofayri Cheznayria. Tapi, teman – temaku biasa panggil aku Chezy. Aku sekelas ma 2 sahabatku, otomatis Evan dan Asti. Kita bertiga baru naik ke kelas XI (setara dengan kelas 2 SMA). Kita sekolah di SMA Negeri 7 Surabaya. SMA Negeri yang Gurunya TOP banget deh!. @@@Hari ini aku jalan – jalan ma Asti dan Alex. Kita lagi belanja buat persiapan masuk sekolah. Maklum, tahun ajaran baru dimulai 2 hari lagi. Sebenarnya sih udah mepet, tapi mau gimana lagi. Karena keasyikan liburan, jadinya lupa deh kalau mau masuk sekolah lagi.. He..he..he.. Gak lupa donk, tadi kita ngajak Evan. Tapi katanya dia lagi nemenin saudaranya yang baru datang dari Yogyakrta, jadinya gak enak lha kalau ditinggal. Ya udah jadinya Cuma bertiga. Tapi yah, lebih enak berempat, kan jadi tambah rame…Tapi, yah…. Ah udahlah!Pulang dari Mal, aku bawa barang banyak banget! Dari perlengkapan sekolah, buku pelajaran, seragam sekolah baru dan semua titipan Mama. Huh, dasar Mama, emang paling malas kalo belanja sendiri. Tapi, walaupun begitu, dia tetep Mama aku yang paling OK punya deh!Hari ini adalah awal tahun pelajaran baru. Tapi, aktifitasnya masih belum berjalan lancar karena banyak siswa yang pindah kelas atau pindah sekolah. Saat ini aku sedang duduk sendirian di kebun belakang sekolah. Entahlah, aku merasa ada yang aneh ma Evan. Aku merasa dia menghindari aku. “Chez, kamu itu dicariin daritadi, eh gak taunya ada di sini. Tumben sendirian? Kenapa?” tanya teman sekelas dulu. Aku hanya diam saja sambil tersenyum memandang mereka.“Iya nih. Sepi, daritadi kamu diem aja. Kenapa sih? Cerita donk ma kita. Mybe kita bisa bantu kamu?” Celoteh Varda sambil makan coklat yang bikin tangannya kotor semua. Hua..ha..ha.. Mukanya lucu banget kayak anak kecil. “Gak apa – apa kok. Gak usah khawatir. Ya ampun! Aku ;upa, aku mesti cari Asti! Aku pergi dulu ya.” Kataku sambil beranjak mengambil tas. Aku sedang mencari sosok sahabatku. Aku sebenarnya ingin mengetahui lebih banyak tentang agama Islam. Tapi, orang tuaku melarangku untuk mempelajarinya. Karena mereka gak mau aku pindah agama, maklum keluarga kami memang katolik taat. Jadinya aku mempelajari agama islam itu secara sembunyi – sembunyi. Diam – diam aku mempelajarinya dengan sahabatku. Dan hari ini adalah jadwal kita untuk mempelajari agama itu lebih dalam. Dalam perjalananku mencari Asti, aku melihat Evan. Dia sendirian. Dan kayaknya dia mau ngomong sesuatu denganku… ketika aku mendekatinya, eh, dia malah pergi gitu aja. Aku udah gak kuat dia terus – terusan ngehindari aku. aku harus tunggu dia pulang sekolah nanti! SEMANGAT! “Van, tunggu! Aku pingin ngomong ma kamu. Aku pingin kamu jelasin, kenapa akhir – akhir ini kamu ngehindari aku? aku gak suka cara kamu ini. Kita itu sahabat Van, dari kecil lagi. Kalo aku punya salah ngomong donk. Aku gak mau kamu hindari kayak gitu!” “Gak. Kamu gak salah apa – apa kok Chez. Lagian siapa juga yang hindari kamu? Aku gak hindari kamu kok. Hm, aku ada tugas kelompok nih. Aku pergi dulu.” What? Apa? Itu namanya GAK MENGHINDARI AKU? aku tahu gak ada tugas apa – apa. Kenapa sih dia harus kayak gitu? “Van! OK. Kamu gak perlu jelasin apa – apa lagi. Kamu tahu kan aku paling gak suka dihindari tanpa sebab? Kok kamu gitu? Kamu marah ma aku ta? Huf, ya udah. Aku marah ma kamu. Jangan ngomong apa – apa lagi ma aku. TITIK.” Ungkapku padanya. Akupun berlalu begitu saja dari hadapannya. Siapa sih yang mau di cuekin kayak gitu?“Chez… aku gak bisa bilang kalo aku bakalan pindah jauh banget. Aku gak bisa bayangin reaksi kamu kayak gimana. Aku gak pingin kamu nangis lagi…karena aku sayang kamu Chez… kamu sahabat terbaik aku…”@@@ Tok tok tok. Suara ketukan pintu kamarku membuatku terbangun. Tak lama wajah ayu Mamaku muncul dari balik daun pintu sambil menggenggam telepon.“Chezy? Udah bangun sayang?” Suara Mama membuatku membuka mata. “Kenapa Ma?” Tanyaku masih setengah terlarut dalam mimpiku.“Ada telepon dari kakaknya Evan.” Kata Mama hati – hati. Tapi aku gak perhatiin sikap Mama saat itu. Aku terima telepon yang diberikan Mama padaku. “Hallo?” Sapaku dengan nada yang nyeleneh.“Chez, kakak mau beri kabar. Evan… Evan kecelakaan. Sekarang ada di RSUD. Dr. Soetomo…” DEG! Evan kecelakaan? Dia masuk RS? Kenapa? Tuhan aku gak mau terjadi sesuatu ma dia. Aku gak pingin dia tinggalin aku. pikiranku kalut banget. Aku bingung harus ngapain… aku takut….“Aku kesana sekarang.”Akupun bangun dan bergegas membersihkan diri. Aku harus cepat. Firasatku gak enak banget. Aku gak mau terjadi sesuatu ma sahabatku itu. Kuambil kunci mobil dan kulajukan dengan kecepatan tak biasa. Karena letak RS yang lumayan jauh. “Chez, koen iku ojo banter – banter ta! Koyok wong gendeng mangan sabun ae. Pelan pelan atuh! Bisa jantungan aku. (Chez, kamu itu jangan cepat – cepat! Kayak orang gila makan sabun. Pelan – pelan aja. Aku bisa jantungan).” Kata Asti dengan muka ketakutan. Gak kuhiraukan apa katanya itu. Aku hanya terfokus ke jalan supaya kau bisa cepat sampai di RS dan memastikan kalo Evan baik – baik saja.“Kakak, gimana Evan?” Tanyaku sesampainya di depan kamar Evan dirawat. Aku lihat Kak Ardi begitu sedih. Aku makin khawatir dengan keadaan Evan.“Masuk aja, Chez.”Kubuka perlahan pintu kamar itu. Kulihat tubuhnya diperban… semuanya kacau. Dan …aku gak tau harus mendiskripsikan seperti apa. Yang aku tahu, keadaanya sangat kritis. “Astaghfirullah... Evan.... kamu…” Aku tak mampu berucap banyak kata. Aku juga kaget kenapa aku tiba – tiba mengucap kata yang tak lazim buatku. Entahlah, aku juga tak mengerti kenapa aku bisa mengucapkan kata – kata itu. Padahal sebelumnya aku belum pernah mengucapkannya. “Chezy…sini…” aku menurut saja apa yang dikatakan Evan. Aku mendekati tubuhnya. Dan semakin mendekatkan telingaku. Sepertinya Evan mau ngomong sesuatu. “Chez… aku … aku… aku sayang… aku sayang kamu…” DEG! Aku bingung. Aku gak tahu apa maksud Evan. Tapi yang jelas setelah dia bicara hal itu, detak jantungnya semakin lemah. Aku panik dan tangisku langsung meledak begitu mengetahui hal itu. Refleks aku berterik minta tolong dan memanggil dokter. Tak lama Kak Ardi dan Asti yang mendengar teriakanku, langsung masuk ke dalam. Refleks Kak Ardi langsung keluar untuk memanggil dokter.“As… tolong ..kamu….kamu jagain Chezy…” “Van…” air mataku semakin mengucur deras. Entah mengapa tiba – tiba tubuhku bergerak. Dan bibirku mulai berbicra.“Allahu akbar… Allahu akbar… Allahu akbar…Allahu akbar…”“Allahu akbar… Allahu... akbar… Allahu akbar.”Titttttttttttt@@@Senja mengingatkan pada setiap orang bahwa hari, telah berakhir. Begitu pula dengan kehidupan. Setiap manusia pasti ada ‘akhir’. Sebuah nama terukir jelas pada batu nisan yang ada di hadapanku. Relevan Orient Deka. Seseorang yang sangat berarti bagiku. Semua kerabat telah meninggalkan makam ini. Tapi aku masih disini. Aku masih ingin melihat makam ini untuk terakhir kali.“Van, kamu udah janji ma aku gak bakalan ninggalin aku. Tapi, kenapa kamu ninggalin aku? kenapa kamu ninggalin aku secepat ini, Van? Aku gak tau harus gimana tanpa kamu…” Hatiku begitu hancur. Jiwaku telah rapuh. Ragaku telah sirna. Kini tak akan ada lagi bias senyummu. Tak akan ada lagi kehangatan persahabatanmu. Aku tak tau harus bagaimana. Ngiung…ngiung…ngiung“Chez, apa yang kamu lakuin sih? Kenapa kamu berbuat seperti ini? Apa yang kamu pikirin?”“Aku hanya ingin ketemu ma Evan, As. Aku hanya ingin bersama Evan. Aku kangen ma dia. Aku dan dia pernah janji kalo kita bakalan bersama untuk selamanya. Aku gak ingin ngingkari janji itu!”“Tapi, apa dengan jalan ini kamu berpikir bisa dekat dengan…“Aku hanya ingin dekat dengan Evan, As!!”“Chezy! Sadar donk! Evan itu udah meninggal! Apa kamu juga mau meninggal, hah?! Apa kamu pikir bisa dekat dengan Evan jika kamu meninggal? Gak Chez! Evan justru jadi sedih liat kamu kayak gini! Lihat ke depan donk, Chez! Kita semua sayang kamu…Kita gak pengen kamu sedih kayak gini. Kita juga sedih dengan kepergian Evan, tapi kita gak ingin merusak takdir Allah. Allah gak suka hamba-Nya bunuh diri. Siapapun orang yang berfikir untuk bunuh diri, maka dia gak akan mencium bau surga.”“Tapi As, dia…. Evan udah ninggalin aku. padahal dia udah janji dia gak bakalan ninggalin aku….”“Chez, hidup mati seseorang itu ada di tangan Tuhan. Semuanya hanya Tuhan yang menentukan. Manusia Cuma berencana. Evan meninggal itu udah takdir Tuhan. Kita ambil hikmahnya, Chez. Setiap kejadian, apapun itu pasti ada hikmahnya. Ya?” pelukan dan belaian lembut tangan Asti yang sedang nenangin aku terasa sangat hangat dan menenangkan hatiku. Aku…..“Hiks…Hiks…Ya Allah…Astagfirullah… apa yang udah aku lakukan?” aku hanya bisa menangis sejadi – jadinya. Mama yang ada di sebelahku langsung memeluk tubuhku. Mama, Papa, Alex, Kak Ardi dan Asti masih ada. Mereka masih menyayangiku. Mereka sangat memperhatrikan aku. Kenapa aku bisa lupa semua itu? Bodohnya aku…“Maafin Chezy. Ma, Pa, Kak, As, Lex… Chezy minta maaf karena Chezy gak pernah perhatiin kalian. Padahal kalian terus berusaha supaya Chezy gak sedih tentang kematian Evan. Maaf…” Mama langsung manangis dan memelukku erat – erat. Aku gak akan mengulangi hal ini lagi. Aku akan tetap tegar menghadapi semua cobaan. Aku harus bisa melaluinya. Aku harus kuat. Maafin Chezy Ma. @@@Yesterday is historyTomorrow is mysteryToday is a giftAku memacu diriku untuk menjalani hari – hariku. Setelah hari itu, udah 3 bulan aku, Papa, Mama dan Alex masuk islam. Banyak pihak keluarga yang mengecam kita. Apalagi Alex. Aku tahu dia sangat tertekan dengan semua itu. Tapi dia tetap tabah dan tawakal menjalani semua itu. Aku merasa tenang dengan kepercayaanku ini. Aku merasa hatiku selalu damai dan sejuk. Dan masih banyak lagi perasaan – perasaan yang tak bisa ku ungkapkan.2 tahun telah berlalu. Aku telah Lulus dengan nilai akademik yang begitu memuasakan. Aku dan Asti berencana untuk sekolah di Australia. Dan besok kita akan berangkat kesana. Kita akan menjalani kehidupan baru disana. Aku senang sekali karena orang – orang disekitarku juga merasa sangat senang. “Van, aku ma Asti udah lulus. Besok kita akan berangkat ke Ausie. Dan Alex akan tetep di Indonesia nemenin Mama. Pasti Mama akan kesepian kalo gak ada aku, jadinya aku minta alex buat nemenin Mama dirumah. Toh, dirumahnya, dia juga sendirian. Aku akna tetep doain kamu. Semoga amal kamu diterima oleh-Nya.” @@@Aku telah kembali ke negeri yang aku cintai ini. Di kota yang aku banggakan. Kota pahlawan. kota yang begitu banyak menyimpan kenangan.3 tahun telah berlalu. Tempat ini tetap tidak berubah. Tempat setiap hari kita bercanda dengan teman – teman kita. Disini, kita tertawa lepas dengan anak – anak sekolah kita.. Memang benar kata orang kalau masa SMP adalah masa dimana tak akan terlupakan. Dan aku ingin hari ini lebih baik dari kemarin. Aku juga tetap akan mendoakan agar amal ibadah kamu diterima oleh-Nya. Kini perjalananku masih belum berakhir. Semuanya masih berjalan. Bumi masih berputar. Roda kehidupan terus berjalan. Terima kasih sahabatku. Aku akan tetap menyayangi kalian sampai kapanpun, karena persahabatan sejati itu adalah sahabat yang tak terkira usia dan kehangatannya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar